Alun-alun
Alun-alun kota Bandung biasa digunakan masyarakat lokal sebagai tempat berkumpul dan melakukan kegiatan-kegiatan outdoor (luar ruangan). Sekarang tempat ini seakan kehilangan daya tariknya karena sangat banyak tempat baru yang dapat gunakan masyarakat Bandung untuk berkumpul. Saat ini meskipun orang masih datang ke Alun-alun, biasanya tujuan utama mereka adalah untuk melakukan sholat di Mesjid Raya, yang di bangun tepat di samping Alun-alun.
Di sisi utara Alun-alun Bandung, terdapat kantor Pelayanan Informasi Pariwisata yang terletak di sebelah utara mesjid (lokasi kantor sementara ini sedikit “tersembunyi”), yang juga bisa di akses melalui Jalan Asia Afrika. Kantor ini didirikan oleh Departemen Pariwisata Bandung pada 1973 dan menyediakan berbagai informasi pariwisata di sekitar Bandung beserta rutenya, seperti factory outlet, pariwisata alam dan sejarah, serta tempat menarik lainnya. Jam operasional pk. 9:00-17:00 untuk hari kerja dan pk. 9:00-14:00 untuk akhir pekan, tutup saat hari libur nasional. Orang-orang sekitar Alun-alun pada umumnya dapat membantu Anda menemukan kantor pariwisata tersebut, atau hubungi mereka di nomor: 022 4206644.
Lokasi | : | Jl. Asia Afrika, berada di lokasi yang sama dengan Mesjid Raya |
Biaya masuk | : | gratis |
Fasilitas | : | toilet, area parkir di basement |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, hotel, apotek, tempat penukaran uang asing, kantor pos |
Tempat menarik terdekat | : | Museum Asia Afrika, pusat perbelanjaan |
Cara menuju ke sana | : | dari Jalan Merdeka naik angkot “Dago-Kalapa” dan berhenti di terminal Kalapa (tarif: Rp. 3.000 selama 20 menit perjalanan). Dari sana naik angkot yang menuju ke alun-alun (“Kalapa-Sukajadi” atau “Kalapa-Buah Batu”). Tarifnya: Rp: 1.500 hanya dalam waktu 5 menit |
Keterangan | : | pengunjung harus waspada terhadap copet di sekitar Alun-alun. Untuk informasi lebih lanjut mengenai kantor Pelayanan Informasi Pariwisata, hubungi Bp. Ajid di no. telepon di atas. |
Gedung Bank Indonesia
Gedung Bank Indonesia ini pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan nama “De Javasche Bank Bandung", yang dibangun pada tahun 1909 dan menghadap ke arah Jalan “Kerklaan” (sekarang dikenal sebagai Jalan Perintis Kemerdekaan). Kemudian Edward Cuypers, seorang arsitek Belanda, merenovasi gedung ini menjadi berukuran lebih besar dan selesai pada tahun 1918. Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, pemerintah Indonesia mengambil alih gedung ini dan menjadikannya gedung Bank Indonesia pada tahun 1953.
Lokasi | : | persimpangan Jl. Merdeka dan Jl. Wastukencana - klik disini untuk peta lokasi Gedung Bank Indonesia |
Tempat menarik terdekat | : | beberapa bangunan bersejarah seperti gereja Bethel dan gereja Katedral, balai kota, dan gedung bersejarah lainnya di sepanjang Jalan Braga |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM/bank, gereja, toko, hotel, pusat perbelanjaan |
Cara menuju ke sana | : | dengan angkot: dari Jalan Merdeka, naik angkot yang menuju ke terminal Ledeng. Setelah kurang lebih 3 menit perjalanan, Anda bisa berhenti tepat di depan Gedung Bank Indonesia. Pilihan lainnya yaitu dengan naik angkot yang menuju St. Hall (dari terminal Dago) dan berhenti di dekat Gedung Bank Indonesia. |
Gedung Indonesia Menggugat
Pada awal mulanya, Gedung Indonesia Menggugat bernama Gedung Landraad (Pengadilan Negeri). Gedung ini merupakan saksi sejarah dari peristiwa pengadilan empat tokoh nasional Indonesia yaitu Gatot Mangkoepraja, Soepriadinata, Maskoen, dan presiden RI saat itu, Soekarno pada tanggal 18 Agustus 1930-22 Desember 1930. Saat pengadilan berlangsung, Soekarno membacakan pledooi atau pembelaannya berjudul "Indonesie Klaagt Aan" atau "Indonesia Menggugat" yang ia tulis saat berada di Penjara Banceuy.
Gedung bersejarah ini dijadikan monumen kebudayaan atas prakasa Letjen (Purn.) Mashudi, para aktivis kaum muda, dan Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Barat. Kemudian Gedung Indonesia Menggugat diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 30 Desember 2002. Di dalam gedung terdapat beberapa foto, replika kursi, dan meja ruang pengadilan. Saat ini Gedung Indonesia Menggugat dipakai untuk beragam kegiatan, seperti kegiatan seni, sosial, sastra, dan lainnya.
Lokasi | : | Jl. Perintis Kemerdekaan No. 5 |
Biaya masuk | : | gratis |
Jam operasional | : | setiap hari, pk. 8:00-18:00 |
Fasilitas | : | toko buku, kafé, toilet |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, mini market, money changer, gereja |
Tempat menarik terdekat | : | Patung Tentara Pelajar dan Laskar Wanita, Jl. Braga, Museum Militer Mandala Wangsit |
Cara menuju ke sana | : | dari Stasiun Bandung atau St. Hall, naik angkot menuju Dago dan turun di depan Gedung Indonesia Menggugat (tarif: Rp. 2.500 selama 15 menit perjalanan) |
Keterangan | : | untuk kunjungan di atas 50 orang, sebaiknya melakukan konfirmasi terlebih dahulu. |
Gedung Landmark
Gedung Landmark merupakan gedung bersejarah yang awalnya merupakan sebuah toko buku bernama Van Dorp. Gedung ini dibangun oleh arsitek ternama di Hindia Belanda, yaitu C.P. Wolff Schoemaker pada tahun 1922. C.P. Wolff Schoemaker, yang karyanya tersebar di Bandung ini seperti Villa Isola, Gedung Merdeka, New Majestic, dan Hotel Preanger, menguatkan ciri khasnya pada penggunaan ornamen nusantara Batara Kala, dewa penguasa waktu. Saat ini, gedung dengan gaya Indo-Eropa ini sering digunakan untuk kegiatan pameran.
Lokasi | : | Jl. Braga No. 129 |
Telepon | : | 022 4233291 |
Fasilitas | : | toilet |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, hotel, mini market, money changer |
Tempat menarik terdekat | : | Gedung Bank Indonesia, Gedung Indonesia Menggugat, Patung Tentara Pelajar dan Laskar Wanita(Laswi), Museum Mandala Wangsit, Jl. Braga |
Cara menuju ke sana | : | dari Jl. Merdeka, naik angkot menuju St. Hall dan turun di depan gedung ini (tarif: Rp. 2.000 selama sekitar 5 menit) |
Keterangan | : | cukup disayangkan, gedung ini hanya dibuka untuk umum saat ada acara yang diselenggarakan di sini. |
Gedung Sate
Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 dan dirancang oleh arsitek Belanda, J.Gerber. Bangunan tersebut dinamakan Gedung Sate karena bentuk dari atap utamanya yang dirancang menyerupai bentuk sate. Bangunan ini dirancang dengan mengkombinasikan unsur-unsur arsitektur Italia dengan arsitektur setempat, serta unsur-unsur agama Islam dan Hindu. Bentuk “atap sate” yang mirip dengan 6 buah iris sate ini melambangkan 6 juta gulden yang dihabiskan untuk membangun Gedung Sate. Saat itu, pemerintah Hindia Belanda menggunakan bangunan ini sebagai kantor pusat pemerintahan dan saat ini Gedung Sate merupakan kantor Gubernur Jawa Barat.
Gedung ini secara sengaja dibangun menghadap Gunung Tangkuban Perahu yang kemudian disusul dengan dibangunnya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat di depan Gedung Sate oleh pemerintah Indonesia. Jika kita menarik garis dari Gunung Tangkuban Perahu ke Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dan Gedung Sate, maka akan terbentuk sebuah garis lurus. Ketiga tempat tersebut berada di garis lintang yang sama.
Lokasi | : | Jl. Diponegoro No. 22 - klik disini untuk peta lokasi Gedung Sate |
Biaya masuk | : | gratis |
Fasilitas | : | toilet |
Fasilitas umum terdekat | : | minimarket, apotek, ATM, hotel |
Tempat menarik terdekat | : | Museum Geologi, Museum Pos Indonesia |
Cara menuju ke sana | : |
![]() ![]() |
Keterangan | : | Gedung Sate terbuka untuk umum hanya pada akhir pekan dan hari libur nasional, dan harus melalui izin terlebih dahulu ke Bp. Wawan (staf keamanan internal Gedung Sate). Ada "pasar kaget" di depan Gedung Sate setiap hari Minggu (di area Gasibu). Banyak penduduk setempat yang datang ke 'pasar' ini sehingga mengakibatkan kemacetan lalu lintas di sekitar daerah tersebut. |
Hagel Eens (Au Bon Marché)
Di sekitar tahun 1930-an, Hagel Eens atau Au Bon Marche adalah toko busana modern yang paling terkenal di Bandung hingga Batavia. Sejarah mencatat, toko ini dimiliki oleh Au Bon Marche dan menjual produk busana elegan dan mahal dari Perancis. Sebelumnya, bangunan bersejarah ini dimiliki oleh keluarga Hagel Eens yang juga menjual produk busana tetapi kemudian memutuskan untuk menjual toko mereka ke Au Bon Marche. Au Bon Marche pun terus menjalankan toko ini tanpa menghilangkan nama keluarga “Hagel Eens” yang sampai sekarang masih terlihat di dinding gedung ini. Sayangnya saat ini keadaan bangunan Hagel Eens kosong dan tidak terawat dengan baik.
Lokasi | : | Jl. Braga |
Fasilitas umum terdekat | : | apotek, money changer, hotel, ATM, pusat layanan informasi pariwisata, restoran, toko cinderamata |
Tempat menarik terdekat | : | toko-toko cinderamata dan lukisan, Mesjid Raya, Museum Asia Afrika, Alun-alun, Braga City Walk |
Cara menuju ke sana | : | berjalan kaki sepanjang Jalan Braga (dari arah Alun-alun sekitar 300 meter ke arah utara) |
Keterangan | : | bangunan ini masih dalam tahap renovasi. |
Hotel Savoy Homann
Hotel Savoy Homann awalnya bernama Hotel Homann. Bangunan hotel ini dirancang oleh arsitek Belanda bernama Albert F. Aalbers dan dimiliki keluarga Homann pada akhir 1800-an. Homann adalah seorang imigran Jerman yang tiba di Bandung pada tahun 1870. Ketika pembangunannya selesai, gedung ini berganti nama menjadi Hotel Savoy pada tahun 1939.
Bangunan Hotel Savoy Homann pun sejak saat itu menjadi salah satu bangunan simbol kota Bandung karena arsitektur art deco-nya yang menarik.
Hotel Homann atau Savoy atau Savoy Homann pernah disinggahi oleh orang-orang terkenal seperti Raja dan Ratu Thailand (akhir tahun 1890), Charlie Chaplin dan Mary Pickford (tahun 1927), Perdana menteri India PJ Nehru dan Presiden Mesir Gamal Abdul Naseer (tahun 1955), Istri bangsawan dari Westminster, Inggris dan sebagainya. Charlie Chaplin bahkan tercatat pernah berkunjung lebih dari satu kali.
Lokasi | : | Jl. Asia Afrika No. 112 (beberapa ratus meter dari arah timur Mesjid Raya) |
Telepon | : | 022 4232244 |
Fax | : | 022 4236187 |
: | [email protected], [email protected] | |
Website | : | www.savoyhomann-hotel.com |
Fasilitas | : | WiFi, restoran, bar & lounge, ballroom, ruang pertemuan, wellness & spa, kolam renang, ruang karaoke, pusat bisnis, toko obat, ruang games, layanan antar jemput dari/ke bandara atau stasiun kereta api |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM/bank, stasiun kereta utama Bandung, gereja, toko buku, rumah sakit/klinik/farmasi, mesjid, kantor pos, dan supermarket |
Tempat menarik terdekat | : | Jl. Braga, Balai Kota, dan Museum Konperensi Asia Afrika |
Cara menuju ke sana | : | dari Dago Plaza, naik angkot menuju Terminal Kelapa dan turun di perempatan Jl. Asia Afrika (tarif: Rp. 2.500 selama sekitar 15 menit perjalanan) dan jalan kaki sekitar 150 meter menuju hotel |
Keterangan | : | hotel ini merupakan salah satu bangunan yang menjadi ciri khas kota Bandung dan memiliki 185 kamar. Tarif kamar mulai dari Rp.1.200.000. |
Institut Teknologi Bandung
De Techniche Hoogeschool te Bandung pertama kali dibangun pada tahun 1920 oleh Belanda. Pada tahun 1959, pemerintah Indonesia mengganti nama institut ini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Walaupun saat ini ITB telah jauh berkembang (baik dari segi ukuran, fakultas, maupun jumlah mahasiswa), namun bentuk bangunan aslinya masih tetap terawat dengan baik.
Bangunan Institut Teknologi Bandung memiliki model atap yang sangat unik. Dirancang oleh arsitek Henri Maclaine-Pont, yang diilhami oleh bentuk rumah tradisional Sumatera Barat. Atap-atap asli rancangan Henri Maclaine-Pont ini masih dapat dilihat di sisi timur dan barat ITB.
ITB memiliki beberapa catatan menarik seperti presiden pertama Indonesia, Soekarno, merupakan lulusan universitas ini (lulus pada akhir tahun 1920). Majalah Asiaweek pada tahun 2000 menempatkan ITB di atas universitas-universitas teknologi Australia, seperti Queensland University of Technology, University of Technology Sydney, dan sebagainya. Namun sayangnya, sekarang ITB berada diperingkat 21, turun dari peringkat 15 pada tahun 1999. Pada tahun 2004 ITB dilaporkan memiliki lebih dari 14.000 mahasiswa.
Lokasi | : | Jl. Ganesha No. 10 |
Telepon | : | 022 2500935 |
Website | : | www.itb.ac.id |
Tempat menarik terdekat | : | Kebun binatang Taman Sari dan Museum Kebun binatang |
Cara menuju ke sana | : |
![]() ![]() |
Keterangan | : | wisatawan biasanya tidak diijinkan untuk memasuki universitas kecuali ijin terlebih dahulu, namun bangunan tetap bisa dilihat dari jalan. |
Mesjid Raya
Bangunan yang selesai direnovasi pada tahun 2004 ini adalah mesjid utama di kota Bandung. Mesjid Raya Bandung memiliki dua menara setinggi 81 meter. Pada awalnya perancang mesjid ini hendak membangun dua menara setinggi 99 meter (dengan alasan angka yang agamis), tetapi karena Bandar Udara Hussein Sastranegara berada dekat lokasi Mesjid Raya, rencana pembangunan menara setinggi itu tidak mendapat ijin dari pemerintah setempat (karena alasan keselamatan penerbangan).
Saat pertama kali dibangun pada tahun 1811, Mesjid Raya Bandung hanya menggunakan dinding dari kayu dan bambu. Pada tahun 1930, mesjid ini direnovasi sekaligus dirancang ulang oleh arsitek Belanda, Henri Maclaine-Port dan dibangun seperti sebagaimana bangunan ini terlihat sekarang. Mesjid besar ini dapat menampung sekitar 14.000 umat. Setelah renovasi tahun 2004, pemerintah daerah menanam beberapa pohon kurma di area sekeliling mesjid serta membangun sebuah air mancur ala Turki-Mediterania di area taman mesjid.
Anda dapat mengunjungi salah satu menara mesjid dengan biaya masuk Rp. 2.000. Jam operasional: pk. 9:00-17:00. Dengan menggunakan lift, Anda akan diantar oleh pegawai yang bertugas di sana hingga ke puncak menara.
Lokasi | : | Jl. Asia Afrika (di lokasi yang sama dengan Alun-alun) |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, money changer, warung internet |
Tempat menarik terdekat | : | Museum Asia Afrika, Hotel Savoy Homann, Jl. Braga, bangunan bersejarah milik Harian Pikiran Rakyat (gedung art-deco), Monumen KM BDG 0+00, Jl. Asia Afrika |
Cara menuju ke sana | : | dengan berjalan kaki dari Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga; Dari Jalan Merdeka (Bandung Indah Plaza, Hotel Hyatt, Hotel Santika) kira- kira 1,2 kilometer. Dengan angkot: naik yang menuju Kalapa dari arah Dago (ongkos: Rp. 2.500) |
Keterangan | : | berhati-hati dengan copet di sekitar Alun-alun. |
Makam Pandu
Makam Pandu merupakan pemakaman umum untuk pejuang Indonesia, warga sipil keturunan Tionghoa, dan warga Belanda dari berbagai macam agama dan kepercayaan. Di komplek pemakaman ini terdapat makam Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker, yaitu arsitektur keturunan Belanda yang merancang Villa Isola, Gedung Merdeka, Hotel Preanger, dan lainnya. Selain itu terdapat makam Tan Djin Gie, yaitu seorang pengusaha batik sekaligus pendiri salah satu hotel tertua di Bandung, bernama Hotel Surabaya pada tahun 1886.
Di sini pengunjung dapat melihat bentuk nisan yang indah dari makam Ursone dan keluarga yang berbentuk seperti kuil Romawi. Mereka merupakan pengusaha susu sejak tahun 1895 dengan membuka sebuah perusahaan bernama Lembangsche Melkerij Ursone. Sebagaimana pengusaha susu lainnya, mereka juga menyimpan susu mereka di Bandoengsche Melk Centrale(BMC).
Terdapat juga nisan berukir, seperti milik Philippe Marie Mathus Bogaerts dan JC. Pols yang sama-sama meninggal pada tahun 1933. Mereka merupakan pilot yang meninggal karena kecelakaan pesawat di antara Padalarang-Cililin. Selain itu juga terdapat deretan 26 makam bergaya khas Eropa.
Lokasi | : | Jl. Pajajaran |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, mini market, supermarket, hotel, rumah sakit |
Tempat menarik terdekat | : | Mall Paris van Java, Patung dr. Westhoff |
Cara menuju ke sana | : | dari Istana Plaza di Jl. Pasir Kaliki, naik angkot yang menuju Ciroyom dan turun di Jl. Pandu (tarif: Rp. 2.000 hanya selama sekitar 5 menit perjalanan) kemudian dilanjutkan dengan berjalanan kaki sejauh 500 meter ke arah utara menuju Pemakaman Pandu |
Keterangan | : | sebaiknya mengunjungi makam ini saat siang hari. |
New Majestic
Bersebelahan dengan Museum Konperensi Asia Afrika, berdiri sebuah gedung bersejarah bernama New Majestic. Gedung ini dulunya merupakan sebuah bioskop bernama Concordia Bioscoop yang didesain oleh C.P. Wolff Schoemaker dan dikerjakan oleh Biro Arsitek Soenda pada tahun 1925. Gedung ini dibangun untuk melengkapi tempat menarik di Jalan Braga yang pada saat itu merupakan pusat hiburan kota Bandung.
Concordia Bioscoop memiliki bentuk seperti kaleng biskuit atau "bilken trommel". Di bagian atas gedung terdapat sebuah ornamen nusantara yaitu Kala (Dewa Penguasa Waktu) yang merupakan ciri khas dari desain C.P. Wolff Schoemaker sebagaimana yang terdapat di Gedung Landmark. Di bagian dalam terdapat tempat duduk berundak yang dibedakan berdasarkan harga tiket masuk. Semakin murah tiketnya, maka akan semakin dekat tempat duduknya dengan layar. Gedung ini juga memiliki balkon di mana pengunjung bisa menonton bioskop dengan tata letak menyerupai kafé. Area balkon ini merupakan area menonton bioskop dengan harga tiket termahal.
Dulunya, bioskop ini memutar film bisu hitam putih yang diiringi dengan musik orkestra. Pengunjung Concordia Bioscoop hanyalah orang Belanda karena warga pribumi dilarang masuk, seperti yang tertera pada tulisan peringatan yang terdapat di luar gedung: "Verbodden voor Honder en irlander" (anjing dan orang pribumi dilarang masuk).
Nama Concordia Bioscoop berubah menjadi Asia Afrika Cultural Center pada tahun 2002 dan pada tahun 2012 kemudian berubah menjadi New Majestic. Kini gedung ini berfungsi sebagai gedung pertemuan.
Lokasi | : | Jl. Braga No. 1 |
Telepon | : | 022 4200506 |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, hotel, money changer, apotek, minimarket, warnet, pusat layanan informasi pariwisata, restoran, toko cinderamata |
Tempat menarik terdekat | : | Alun-alun, Gedung Harian Pikiran Rakyat, Jalan Braga, Hotel Savoy Homann, Mesjid Raya Bandung |
Cara menuju ke sana | : |
![]() ![]() |
Keterangan | : | gedung ini tidak dibuka untuk umum sehingga pengunjung hanya bisa melihat dari luar saja. |
Penjara Banceuy
Pada tahun 1871, pemerintah Hindia Belanda (sekarang Indonesia) membangun Penjara Banceuy untuk menahan para tahanan politik dan tahanan kriminal. Salah satu tahanannya adalah presiden pertama RI, Ir. Soekarno, yang menghabiskan waktunya selama 8 bulan di penjara Banceuy. Ia ditangkap pada 29 Desember 1929 dan dimasukkan ke ruang Blok F No. 5. Ruangan itu hanya berukuran 2,5 meter x 1,5 meter dengan tempat tidur lipat dan toilet non permanen di dalamnya. Selama di sana, ia menyiapkan pledoi "Indonesia Menggugat" yang kemudian dibacakan di Gedung Landraad (kini bernama Gedung Indonesia Menggugat) pada 30 Agustus 1930.
Pada tahun 1983, Penjara Banceuy dipindahkan ke Jl. Soekarno-Hatta, Bandung. Bangunan lama penjara Soekarno-nya dibongkar untuk dijadikan kompleks pertokoan Banceuy Permai, hanya menyisakan sel penjara Soekarno dan menara pos penjaga saja. Namun sayangnya peninggalan bersejarah ini kurang terurus dan dipagari sehingga pengunjung tidak bisa melihat dari dekat.
Lokasi | : | Jl. Belakang Factory (di sebelah utara Mesjid Raya) |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, apotek, money changer, hotel |
Tempat menarik terdekat | : | Alun-alun, Mesjid Raya, Jl. Asia Afrika, Museum Asia Afrika, Monumen KM BDG 0+00 |
Cara menuju ke sana | : | dari kantor Pelayanan Pusat Informasi Pariwisata (berada di sebelah Mesjid Raya), jalan kaki sekitar 250 meter menuju Penjara Banceuy. |
Rumah Bersejarah Inggit Ganarsih
Inggit Ganarsih merupakan istri kedua dari presiden RI, Ir. Soekarno. Kisah cinta mereka berawal saat Soekarno kos di rumah Inggit Ganarsih dan suaminya karena sedang kuliah di Technische Hoogeschool (kini Institut Teknologi Bandung). Lama kelamaan, Soekarno jatuh cinta dengan Inggit Ganarsih dan mereka akhirnya menikah pada 24 Maret 1923, setelah Inggit Ganarsih meminta cerai dari suaminya. Namun sangat disayangkan, usia pernikahan mereka tidak berlangsung lama karena Soekarno jatuh cinta dengan perempuan lain, yaitu Fatmawati, yang kemudian menjadi Ibu Negara Republik Indonesia. Kisah cinta Ibu Inggit Ganarsih dengan Soekarno ini ditulis dalam sebuah novel terkenal berjudul "Kuantar ke Gerbang" oleh Ramadhan K.H.
Selama menjadi istri Soekarno, Inggit Ganarsih banyak membantu Soekarno dan tokoh perjuangan Indonesia lainnya dalam mempersiapkan kemerdekaan RI. Ia menjadi saksi lahirnya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927, Sumpah Pemuda pada 1928, memberi bahan materi kepada Soekarno untuk menyusun pembelaan Indonesia Menggugat di Pengadilan Landaard (kini Gedung Indonesia Menggugat). Rumah ini dulunya juga digunakan sebagai tempat pertemuan Soekarno dengan para tokoh nasional, seperti Agus Salim, Ki Hajar Dwantoro, HOS Tjokroaminoto, dll. saat membicarakan persiapan kemerdekaan Indonesia.
Sayangnya, rumah ini hanya memajang sedikit barang-barang peninggalan Soekarno dengan Inggit Ganarsih, seperti foto-foto, piagam penghargaan, serta batu pipisan untuk membuat bedak dingin dan lulur.
Lokasi | : | Jl. Inggit Ganarsih No. 8 (di depan toko tas Elizabeth pusat) |
Jam operasional | : | setiap hari, pk. 7:00-16:00 |
Biaya masuk | : | gratis |
Fasilitas | : | toilet, musholla |
Fasilitas umum terdekat | : | ATM, mini market, apotek |
Tempat menarik terdekat | : | Museum Sri Baduga, Monumen Bandung Lautan Api |
Cara menuju ke sana | : |
![]() ![]() |
Cara menuju ke sana | : | pintu gerbang akan terlihat tertutup dari luar. Pengunjung dapat mengetuk pintu gerbang agar penjaga keluar dari rumah. |
...Beranda Bandung :Hlmn sebelumnya | Hlmn berikut: Wisata Bandung Lainnya...