Watu Pinawetengan
Seperti yang disebutkan di halaman utama Manado, Watu (batu) Pinawetengan (yang memiliki panajang sekitar 4 meter) dipercayai sebagai tempat nenek moyang orang Minahasa duduk dan membicarakan daerah teritorial dan perundang-undangan di pertengahan tahun 650. Beberapa garis pahatan dan gambar simbolik di bongkahan batu besar ini masih terlihat hingga sekarang, (disayangkan batu ini juga tercoreng oleh beberapa grafiti dan tumpahan semen).
Dengan iklim yang sejuk (terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut), pengunjung dapat melihat Danau Tondano di sebelah timur Watu Pinawetengan.
Lokasi | : | Kecamatan Tompaso, sekitar 2 jam dengan mobil dari Kota Manado |
Jam operasional | : | disarankan untuk berkunjung pada siang hari karena tempat ini tidak dilengkapi lampu |
Fasilitas | : | toilet dengan air hangat dari alam |
Cara menuju sana | : |
![]() ![]() |
Keterangan | : | tersedia papan informasi tentang Batu Pinawetengan di tempat ini. Lokasi ini terletak di belakang (arah timur) Bukit Kasih. Kondisi jalan menuju Watu Pinawetengan saat ini masih belum semulus jalan-jalan di Kota Manado. |
Makam Kuno Waruga
Lokasi ini merupakan tempat ‘koleksi’ makam-makam kuno yang disebut Waruga, diambil dari satu bahasa setempat (Tonsea), yang secara harfiah berarti “rumah batu sebagai liang kubur”. Waruga-waruga atau kuburan-kuburan batu ini dikumpulkan dari halaman rumah penduduk pada tahun 1917.
Waruga tertua berusia lebih dari 1200 tahun dan yang ‘terbaru’ berusia sekitar 400 tahun. Pengunjung akan melihat banyak ukiran/pahatan di makam-makam batu yang menggambarkan profesi orang-orang yang “dikubur” di dalamnya, seperti perawat, pimpinan, dukun, dan sebagainya. Sayangnya, tidak ada ukiran-ukiran pada Waruga (makam-makam) yang berusia lebih dari 400 tahun. Pahatan-pahatan pada Waruga juga ada yang menggambarkan pengaruh budaya dari bangsa Eropa, seperti dari Portugis dan Spanyol.
Pada saat ditemukan, Waruga-waruga ini pada umumnya berada pada posisi menghadap ke arah utara. Hal ini diyakini bahwa leluhur Minahasa mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari utara, yang konon berasal dari Mongolia.
Satu Waruga besar dapat menampung lebih dari 7 jenazah manusia, yang biasanya diperuntukkan untuk satu keluarga. Semua tubuh juga diposisikan menghadap ke utara dan ditempatkan dalam posisi jongkok.
Menurut sebuah legenda, setiap Waruga tersebut diangkat dan dipindahkan hanya oleh satu lelaki besar. Sejarawan meyakini bahwa di masa lalu terdapat kelompok pria bertubuh besar yang memiliki semacam “ilmu hitam” yang membuat mereka mampu memindahkan batu-batu besar seperti Waruga.
Makam Waruga ini pernah dikunjungi oleh dua ratu Belanda, yaitu Ratu Juliana pada tahun 1971 dan Ratu Beatrix pada tahun 1995.
Lokasi | : | Desa Sawangan, sekitar 25 km dari Manado atau Bitung, dan 20 km dari Tondano |
Jam operasional | : | Senin-Sabtu, pk. 6:00-18:00, Minggu, sekitar pk. 11:00-18:00 |
Telepon | : | 0431 891709 |
Biaya masuk | : | gratis, namun pengunjung diharapkan memberi sumbangan sukarela |
Fasilitas | : | toilet |
Cara menuju ke sana | : |
![]() ![]() |
Keterangan | : | tempat yang menarik untuk dikunjungi ini terletak di pertengahan antara Manado dan Bitung atau Tangkoko atau Selat Lembeh. Pintu masuk ke Waruga biasanya dalam keadaan tertutup dan saat Anda tiba di lokasi, biasanya ada seseorang yang membukakanya atau Anda bisa menghubungi Bpk. Anton (disarankan satu hari sebelum kunjungan Anda). Ia akan memandu Anda selama mengunjungi Museum Waruga yang menyimpan berbagai artefak penting. |
Gua–gua
Gua Jepang
Beberapa gua Jepang bersejarah di Minahasa dibangun dengan mempekerjakan penduduk lokal selama masa penjajahan Jepang di Indonesia tahun 1940-an.
Lokasi | : | antara Sonder-Bukit Kasih (Desa Kiawa, Kecamatan Kawangkoan), antara Waruga dan Tondano |
Fasilitas | : | beberapa restoran dan rumah makan lokal |
Cara menuju ke sana | : |
![]() ![]() |
Keterangan | : | sebagian dari gua Jepang tersebut terlantar dan minim perawatan. Beberapa diantaranya bahkan ditutup (dikunci). Jika Anda bersikeras untuk pergi ke dalam gua di Desa Kawangkoan (foto di atas), Anda harus berjalan kaki sekitar 100 meter ke arah kiri untuk menemukan penjaga gua. Karena cukup gelap di dalamnya, pengunjung disarankan untuk membawa lampu senter atau alat penerangan lainnya. |
Gua Mahawu
Gua alam ini terletak di kaki gunung Mahawu. Setelah melakukan pendakian ke puncak Mahawu (menikmati pemandangan indah matahari terbit di puncak gunung), biasanya pengunjung melanjutkan perjalanan mereka ke gua ini. Direkomendasikan untuk menggunakan jasa pemandu wisata yang bisa diperoleh dari agen pariwisata lokal setempat.
...Kota Manado :Hlmn sebelumnya | Hlmn berikut: Monumen & Tugu...