PT. Toarco Jaya Coffee
Selain pemandangan indah dan makam-makamnya, Toraja juga terkenal dengan kopinya, yaitu “Kopi Toraja”. Ada beberapa kemungkinan untuk mengunjungi pabrik kopi, seperti PT. Toarco Jaya Coffee, salah satu produsen kopi lokal terbesar yang sudah beroperasi sejak 1976. Toarco berkolaborasi dengan sebuah perusahaan Jepang dan menjual kopinya diuntuk pasar domestik dan mancanegara.
Wisatawan dapat berkunjung ke pabrik, menikmati pemandang indah dari perkebunan kopi, dan melihat proses pembuatan kopi. Meski jalan menuju perkebunan tidak dalam kondisi baik, Toarco menyediakan mobil jeep bagi pengunjung untuk berkeliling.
Lokasi | : | Pedamaran, desa Bokin, Rantebua (sekitar 14 kilometer dari Rantepao) |
Hubungi | : | Bpk. Yusuf Lotong 0813 43800288 |
Jam operasional | : | Senin-Jumat pk. 7:30-15:00, Sabtu pk. 7:30-12:30. Tutup pada hari Minggu dan hari libur nasional |
Tarif masuk | : | Rp. 10.000 untuk orang asing, Rp. 5.000 untuk wisatawan domestik, Rp. 3.000 untuk peneliti, dan Rp. 1.000 untuk murid sekolah |
Harga kopi | : | mulai dari Rp. 231.000 untuk 1 pak (20 bungkus dengan berat 5kg) hingga Rp. 616.000 |
Cara menuju ke sana | : | naik transportasi umum apapun dari terminal Bolu di Rantepao yang menuju desa Bokin. Minta sopir untuk menurunkan Anda di PT. Toarco. Lama perjalanan yang ditempuh sekitar 1 jam, karena kondisi jalan yang ada dengan biaya sekitar Rp. 15.000 |
Keterangan | : | disarankan membuat janji dengan Bpk. Yusuf setidaknya satu hari sebelum kunjungan Anda. Anda bisa juga membeli kopi langsung di pabrik ini (hanya menerima pembayaran dengan uang tunai). |
Air Terjun Sarambu
Sebuah air terjun alami tapi sayangnya tidak direkomendasikan untuk berenang (karena belum diketahui kedalaman dan risikonya). Dikarenakan kondisi jalannya, disarankan untuk berjalan kaki atau menyewa sepeda motor dari agen perjalanan atau kantor pusat pariwisata setempat.
Lokasi | : | desa Sarambu |
Cara menuju ke sana | : | naik ojek dari Rantepao (tarif: kira-kira Rp. 20.000 untuk satu kali perjalanan). Memakan waktu sekitar 15 menit dikarenakan kondisi jalannya |
Keterangan | : | saat ini tempat ini dalam keadaan yang kurang terawat, namun pengunjung akan menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan dari Rantepao ke air terjun ini. |
Tilanga
Tilanga merupakan sebuah kolam berukuran 15 x 25 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter. Kolam air tawar ini berasal dari gunung Sarira dan terkadang bisa dilihat beberapa belut yang berada di antara bebatuan. Kebanyakan penduduk setempat mengunjungi tempat ini saat akhir pekan.
Lokasi | : | sekitar 15 kilometer ke arah barat daya Rantepao. Setelah sampai di jalan utama, pengunjung harus berjalan sejauh sekitar 2 kilometer melalui jalan kecil untuk mencapai Tilanga |
Biaya masuk | : | orang Indonesia Rp. 5.000, orang asing Rp. 10.000 |
Fasilitas | : | area parkir, area duduk/beristirahat, kios-kios (menjual minuman ringan), dan 6 buah toilet (kamar mandi/kamar ganti) |
Cara menuju ke sana | : | naik transportasi umum dari terminal Bolu ke Tilanga dan minta sopir untuk menurunkan Anda di kolam renang alami ini (lama perjalanan sekitar 20 menit). Namun, disarankan untuk membawa kendaran pribadi |
Keterangan | : | sayangnya kondisi Tilanga saat ini tidak dalam kondisi terbaiknya dan pengunjung disarankan untuk tidak menggunakan sabun atau sampo saat mandi (seperti yang dilakukan penduduk lokal di masa lalu untuk menjaga makhluk hidup yang ada di dalam kolam). |
Benteng Pongtiku
Dikenal sebagai “Benteng Batu” oleh penduduk setempat, di tempat ini Anda akan menemukan sejarah Pongtiku, seorang pahlawan lokal yang berjuang melawan Belanda untuk membebaskan Toraja dari penjajahan.
Lokasi | : | Singki, kota Rantepao |
Cara menuju ke sana | : | naik ojek/sitor dari Jl. Mapanyukki. Minta sopir untuk menurunkan Anda di “Benteng Batu” (tarif: Rp. 3.000 dengan waktu tempuh selama 5 menit). |
Karassik
Karassik dikenal dengan “Rante”-nya, yang merupakan sebuah area terbuka untuk mengadakan upacara pemakaman. Di Karasik, ada 12 megalith, masing-masing memiliki tinggi kira-kira 7-8 meter. Megalith ini dibuat ketika tokoh masyarakat setempat (Buntu Pune) meninggal dunia. Kemudian pada abad ke-19 megalith ini digunakan oleh seorang pria yang dihormati yang disebut Pong Maramba (tokoh penting) selama upacara Rambu Solo (upacara kematian). “Rante Karassik” juga dikenal sebagai “Monolith Toraja”. Di sini, Anda juga bisa melihat rumah-rumah bambu yang dicat dengan berbagai macam warna. Rante Karasik terletak di dekat rumah penduduk.
Lokasi | : | desa Ana’ Ora’, dekat Rantepao (sekitar 3 kilometer) |
Biaya masuk | : | Rp. 5.000 untuk orang Indonesia dan Rp. 10.000 untuk orang asing |
Cara menuju ke sana | : | dengan pete-pete dari Rantepao (tarif: Rp. 3.000). |
Suaya
Ada beberapa tempat menarik yang dapat Anda lihat di desa ini. Suaya dikenal dengan makam Raja Sangalla. Tujuh raja Sangalla dan keluarga mereka dikuburkan di satu tebing di atas bukit di desa ini. “Tau-tau” (patung-patung) dari orang yang sudah meninggal bisa dilihat di depan ’makam gantung’ ini. Tersedia tangga batu bagi pengunjung untuk mencapai bukit ini.
Selain makam, ada juga sebuah lapangan di mana pengunjung akan menemukan sejumlah batu yang mewakili jumlah upaca pemakaman yang pernah diselenggarakan di sana, atau yang disebut “Rante” oleh penduduk setempat. Dan tidak jauh dari lokasi makam (sekitar 100 meter dari lapangan), terdapat rumah Tongkonan yang digunakan sebagai museum yang disebut Buntu Kalando. Museum ini memajang beberapa properti dari kerajaan Sangalla dan artefak etnografi dari Toraja.
Anda akan menemukan situs makam lain dari penguasa Sangalla dan keluarga mereka, yang disebut Tampangalo. Di situs ini terdapat banyak makam gantung atau “Erong”, peti mati, "Tau-tau”, tulang belulang yang berserakan, dan tengkorak. Letaknya sekitar 1 kilometer ke arah timur dari makam Suaya, tersembunyi di antara sawah dan area makam “terkini”.
Ada sebuah kisah terkenal di antara penduduk lokal. Pada abad ke-16, pemimpin dari Sangalla, Puang Manturino dan istrinya, Rangga Bulan, telah memilih Tampangallo sebagai tempat pemakaman mereka nantinya. Ketika Rangga Bulan meninggal, tubuhnya dikubur di sebuah gua di Tampangallo. Namun, ketika Puang Manturino meninggal, tubuhnya dikubur di tempat lain yang disebut Losso. Suatu hari, tubuh Puang Manturino pun menghilang yang kemudian ditemukan berada di Tampangallo, tempat di mana Rangga Bulan juga dimakamkan.
Lokasi | : | desa Sangalla, sekitar 25 kilometer di sebelah selatan Rantepao |
Biaya masuk | : | Rp. 5.000 untuk orang Indonesia dan Rp. 10.000 untuk orang asing |
Fasilitas | : | sebuah toko cinderamata di dalam situs makam raja di situs makam Suaya, kios-kios, dan area parkir; di dalam museum Buntu Kalando: area parkir dan toilet; di Tampangallo: hanya sebuah area parkir |
Cara menuju ke sana | : | naik pete-pete dari Rantepao yang menuju Suaya di desa Sangalla. Tarif: Rp. 10.000 |
Keterangan | : | museum Buntu Kalando buka dari Senin hingga Sabtu, pk. 8:00-17:00. Sedangkan pada hari Minggu buka setelah pelayanan gereja selesai atau sekitar pk. 14:00. |
...Rumah Tradisional :Hlmn sebelumnya | Hlmn berikut: Aktivitas Wisata...